Kamis, 23 April 2015

Panorama Bukit Asah

PANORAMA BUKIT ASAH DESA BUG-BUG


Bukit asah terletak di Desa bug-bug tepatnya di sebelah selatan Pura desa  bug-bug. Panorama di Bukit tersebut sangat indah di pandang mata  dan suasana disana sangat sejuk. Di bukit asah banyak di temui berbagai tanaman mulai yang di tanam oleh para warga dan yang tumbuh secara alami. Tanaman yang ditaman oleh warga diantaranya adalah kacang tanah,sayur kacang panjang dan masih banyak yang lain lagi. Di bukit tersebut juga banyak di Jumpai berbagai macam burung yang sangat cantik dan menarik perhatian para wisatawan yang berkunjung kesana.
Dan jika anda ingin menikmati mathari terbit dengan sempurna,maka anda bisa datang ke bukit Asah dan melihat secara langsung dan jelas sebelum jam 6 pagi. Anda hanya perlu membayar 2.000 rupiah untuk memasuki daerah tersebut. Cukup murah bukan untuk menikmati pemandangan yang sedemikian indah dan menarik.


Pemandangan di saat siang hari



 Tetapi sayang jalan menuju ke atas bukit ini belum di perbaiki karena jalan yang berbatu dan jurang yang sangat terjal. Walaupun jalannya sangaat buruk tetapi tidak menyurutkan pengunjung yang ingin datang untuk menikmati pemandangan di atas bukit tersebut. Karena sesampainya diatas bukit tersebut maka kelelahan dan rasa gelisah saat melewati jalan tersebut terbayar sudah dengan panorama yang sangat cantik dan Indah. 

    Kondisi jalan di atas     

                                         

Rabu, 15 April 2015

Desa Adat Subagan


DESA ADAT  SUBAGAN

Desa Subagan ini terdiri dari banyak kampung dan banjar, baik kampung yang beragama hindu maupun Islam. Masyarakat di desa ini hidup dengan berdampingan dan sangat akur sejak jaman kerajaan Karangasem. Sehingga ada beberapa tempat ibadah yang hampir berdampingan namun selalu hidup akur dengan toleransi yang tinggi. Desa subagan ini sangat indah dan asri karena lingkungannya yang sangat bersih dan nyaman.
Desa Subagan juga pernah hancur oleh letusan Gunung agung sehingga menjadikan para penduduk mereka pergi mengungsi bahkan di sinyalir hampir berada di seluruh provinsi di indonesia ini, baik jawa maupun sumatra namun ada juga yang mengungsi ke kabupaten lain. 


Banjar Tengah Kaler (Pura Penataran Alit)


Di desa subagan tepatnya di kuburanyang berada di Desa subagan pernah terjadi kejadian yang mengerikan yang pernah menggegerkan masyarakat di Bali terutama di Kabupaten Karangasem yaitu Ritual penyucian tapakan (pratima) rangda di Setra (kuburan) Desa Pakraman Subagan, Karangasem Kota, Karangasem dini hari kemarin, berakhir tragis. Pemundut (pengusung/penari) rangda, I Gede Sudiarta , warga Banjar Subagan, tewas tertusuk keris saat prosesi ngereh. Beliau tewas di tangan anaknya sendiri yang di rangsuki oleh mahluk gaib.

Ritual ngereh yang dimulai tepat tengah malam itu bukanlah ritual yang dilaksanakan Desa Pakraman Subagan, melainkan dilakoni keluarga korban untuk menyucikan petapakan rangda yang di-sungsung secara pribadi. Prosesi penyucian dilaksanakan di dua tempat. Pertama: sekitar pukul 20.00 di Pura Dalem, Desa Pakraman Subagan. Setelah di Pura Dalem, sekitar pukul 24.00 barulah dilaksanakan ritual puncak di areal kuburan. Mengingat bersifat pribadi, pecalang, jro mangku desa, prajuru dan warga, hanya menyaksikan dari luar setra.

Setelah melalui serangkaian proses ritual, beberapa saat kemudian, I Gede Sudiarta yang telah mengenakan topeng dan pakaian rangda kerauhan (kesurupan). Tak berselang lama, anaknya yakni Putu Putrawa juga mengalami hal serupa. Putu Putrawa yang sebelumnya duduk bersila, seketika bangun lalu mengambil keris yang ditempatkan di tempat sarana upakara/ritual. Dalam kondisi sama-sama kerauhan, Putu Putrawan yang penyiar sebuah radio FM di Kota Amlapura itu kemudian menusukkan keris tersebut ke dada kiri ayahnya. Saat itulah tragedi terjadi. Keris Putrawa menghujam dan menembus dada sang ayah hingga mengoyak bagian paru-parunya. Saat Putrawa masih kesurupan, korban (ayahnya seketika ambruk dengan darah segar yang muncrat dari lukanya.
Kejadian tidak biasa itu kontan membuat semua orang, termasuk pembimbing spiritual korban, Ida Bagus Sudiksa, geger. Dibantu pecalang dan sejumlah polisi yang juga memantau prosesi ritual tersebut, korban kemudian dilarikan ke RS Karangasem. Namun dalam perjalanan, korban menghembuskan napas terakhirnya.


Dan lucunya tu sesampai di RS semua petugas di RS termasuk para Dokter dan Perawat disana kaget karena tumben baru kali ini ada Rangda masuk RS hahahaha baru kali ini nih ada Rngda masuk RS Karangasem.

Rabu, 08 April 2015

HARI RAYA NYEPI
Hari raya nyepi adalah hari raya bagi umat hindu yang  biasanya di lakukan pada tahun saka.Hari Raya Nyepi jatuh pada hitungan Tilem Kesanga yang diyakini sangat baik untuk mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa dan dipercayai merupakan hari penyucian para dewa yang berada di pusat samudra yang akan datang kedunia membawa air kehidupan ( Amarta) untuk kesejahteraan manusia dan dunia. 
Hari raya nyepi yaitu dimana semua umat hindu di Bali melakukan Catur Bratha penyepian yaitu :
  1.      Amati Geni : (yaitu dimana semua umat hindu di Bali tidak boleh menyalakan api)
  2.       Amati Karya : (yaitu tidak boleh bekerja( melakukan pekerjaan)
  3.       Amati Lelungan : (yaitu tidak boleh berpergian keluar dari rumah)
  4.      Amati Lelanguan: ( yaitu tidak boleh bersenang-senang)


MAKNA HARI RAYA NYEPI


Jika kita renungi bersama makna dan tujuannya sangatlah mulia dan harus di lestarikan agar tetap ajeg dan lestari. Bhuta Yajña (Tawur Kesanga) mempunyai arti dan makna untuk memotivasi umat Hindu secara ritual dan spiritual agar alam senantiasa menjadi sumber kehidupan. Tawur Kesanga juga berarti melepaskan sifat-sifat serakah yang melekat pada diri manusia. Pengertian ini dilontarkan mengingat kata “tawur” berarti mengembalikan atau membayar. Sebagaimana kita ketahui, manusia selalu mengambil sumber-sumber alam untuk mempertahankan hidupnya. Perbuatan mengambil akan mengendap dalam jiwa atau dalam karma wasana. Perbuatan mengambil perlu dimbangi dengan perbuatan memberi, yaitu berupa persembahan dengan tulus ikhlas. Mengambil dan memberi perlu selalu dilakukan agar karma wasana dalam jiwa menjadi seimbang. Ini berarti Tawur Kesanga bermakna memotivasi ke-seimbangan jiwa. Nilai inilah tampaknya yang perlu ditanamkan dalam merayakan pergantian Tahun Saka.


Sehari sebelum nyepi ( Pangerupukan )
Biasanya umat hindu membuat ogoh-ogoh sebagai pengusir roh-roh jahat yang melambangkan kemurkaan,kemarahan umat Hindu biasa menyebut dengan sebutan Butha Kala. Betuk dan rupanya pun  sangat beragam mulai dari Raksasa,manusia dan binatang.
Ngarak Ogoh-Ogoh


Di bawah ini adalah gambar dimana umat hindu menyambut hari raya nyepi dengan melaksanakan Tradisinya yaitu Perang Api ( Ter-terran ) di Desa Adat Jasri ( Amlapura ).
Perang Api ini di laksanakan bertujuan untuk mengusir roh-roh jahat yang ada di Desa mereka.                                                       Ter-terran

Melasti 
Dimana umat hindu di Bali melaksanakan Upacara Melasti bertujuan untuk menyucikan Para Dewa di Laut/Segara. Upacara melasti ini sering di laksanakan oleh umat hindu bukan hanya di saat menyambut nyepi saja. Umat Hindu jug biasanya melaksanakan Upacara Melasti ini diasaat ada Upacara Agama yaitu Dewa Yadnya misalnya: Odalan,Ngeteg Linggih,dll