Rabu, 15 April 2015

Desa Adat Subagan


DESA ADAT  SUBAGAN

Desa Subagan ini terdiri dari banyak kampung dan banjar, baik kampung yang beragama hindu maupun Islam. Masyarakat di desa ini hidup dengan berdampingan dan sangat akur sejak jaman kerajaan Karangasem. Sehingga ada beberapa tempat ibadah yang hampir berdampingan namun selalu hidup akur dengan toleransi yang tinggi. Desa subagan ini sangat indah dan asri karena lingkungannya yang sangat bersih dan nyaman.
Desa Subagan juga pernah hancur oleh letusan Gunung agung sehingga menjadikan para penduduk mereka pergi mengungsi bahkan di sinyalir hampir berada di seluruh provinsi di indonesia ini, baik jawa maupun sumatra namun ada juga yang mengungsi ke kabupaten lain. 


Banjar Tengah Kaler (Pura Penataran Alit)


Di desa subagan tepatnya di kuburanyang berada di Desa subagan pernah terjadi kejadian yang mengerikan yang pernah menggegerkan masyarakat di Bali terutama di Kabupaten Karangasem yaitu Ritual penyucian tapakan (pratima) rangda di Setra (kuburan) Desa Pakraman Subagan, Karangasem Kota, Karangasem dini hari kemarin, berakhir tragis. Pemundut (pengusung/penari) rangda, I Gede Sudiarta , warga Banjar Subagan, tewas tertusuk keris saat prosesi ngereh. Beliau tewas di tangan anaknya sendiri yang di rangsuki oleh mahluk gaib.

Ritual ngereh yang dimulai tepat tengah malam itu bukanlah ritual yang dilaksanakan Desa Pakraman Subagan, melainkan dilakoni keluarga korban untuk menyucikan petapakan rangda yang di-sungsung secara pribadi. Prosesi penyucian dilaksanakan di dua tempat. Pertama: sekitar pukul 20.00 di Pura Dalem, Desa Pakraman Subagan. Setelah di Pura Dalem, sekitar pukul 24.00 barulah dilaksanakan ritual puncak di areal kuburan. Mengingat bersifat pribadi, pecalang, jro mangku desa, prajuru dan warga, hanya menyaksikan dari luar setra.

Setelah melalui serangkaian proses ritual, beberapa saat kemudian, I Gede Sudiarta yang telah mengenakan topeng dan pakaian rangda kerauhan (kesurupan). Tak berselang lama, anaknya yakni Putu Putrawa juga mengalami hal serupa. Putu Putrawa yang sebelumnya duduk bersila, seketika bangun lalu mengambil keris yang ditempatkan di tempat sarana upakara/ritual. Dalam kondisi sama-sama kerauhan, Putu Putrawan yang penyiar sebuah radio FM di Kota Amlapura itu kemudian menusukkan keris tersebut ke dada kiri ayahnya. Saat itulah tragedi terjadi. Keris Putrawa menghujam dan menembus dada sang ayah hingga mengoyak bagian paru-parunya. Saat Putrawa masih kesurupan, korban (ayahnya seketika ambruk dengan darah segar yang muncrat dari lukanya.
Kejadian tidak biasa itu kontan membuat semua orang, termasuk pembimbing spiritual korban, Ida Bagus Sudiksa, geger. Dibantu pecalang dan sejumlah polisi yang juga memantau prosesi ritual tersebut, korban kemudian dilarikan ke RS Karangasem. Namun dalam perjalanan, korban menghembuskan napas terakhirnya.


Dan lucunya tu sesampai di RS semua petugas di RS termasuk para Dokter dan Perawat disana kaget karena tumben baru kali ini ada Rangda masuk RS hahahaha baru kali ini nih ada Rngda masuk RS Karangasem.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar