![]() |
DESA ADAT SUBAGAN |
Desa Subagan ini terdiri dari banyak
kampung dan banjar, baik kampung yang beragama hindu maupun Islam. Masyarakat
di desa ini hidup dengan berdampingan dan sangat akur sejak jaman kerajaan
Karangasem. Sehingga ada beberapa tempat ibadah yang hampir berdampingan namun
selalu hidup akur dengan toleransi yang tinggi. Desa subagan ini sangat indah dan asri karena lingkungannya yang sangat bersih dan nyaman.
Desa Subagan juga pernah hancur oleh letusan Gunung agung sehingga menjadikan
para penduduk mereka pergi mengungsi bahkan di sinyalir hampir berada di
seluruh provinsi di indonesia ini, baik jawa maupun sumatra namun ada juga yang
mengungsi ke kabupaten lain.
Banjar Tengah Kaler (Pura Penataran Alit)
Di desa
subagan tepatnya di kuburanyang berada di Desa subagan pernah terjadi kejadian
yang mengerikan yang pernah menggegerkan masyarakat di Bali terutama di
Kabupaten Karangasem yaitu Ritual
penyucian tapakan (pratima) rangda di Setra (kuburan) Desa Pakraman Subagan,
Karangasem Kota, Karangasem dini hari kemarin, berakhir tragis.
Pemundut (pengusung/penari) rangda, I Gede Sudiarta , warga Banjar Subagan,
tewas tertusuk keris saat prosesi ngereh. Beliau tewas di tangan anaknya sendiri yang di rangsuki oleh mahluk gaib.
Ritual ngereh yang dimulai tepat
tengah malam itu bukanlah ritual yang dilaksanakan Desa Pakraman Subagan,
melainkan dilakoni keluarga korban untuk menyucikan petapakan rangda yang
di-sungsung secara pribadi. Prosesi penyucian dilaksanakan di dua tempat.
Pertama: sekitar pukul 20.00 di Pura Dalem, Desa Pakraman Subagan. Setelah di
Pura Dalem, sekitar pukul 24.00 barulah dilaksanakan ritual puncak di areal
kuburan. Mengingat bersifat pribadi, pecalang, jro mangku desa, prajuru dan
warga, hanya menyaksikan dari luar setra.
Setelah melalui serangkaian proses
ritual, beberapa saat kemudian, I Gede Sudiarta yang telah mengenakan topeng
dan pakaian rangda kerauhan (kesurupan). Tak berselang lama, anaknya yakni Putu
Putrawa juga mengalami hal serupa. Putu Putrawa yang sebelumnya duduk bersila,
seketika bangun lalu mengambil keris yang ditempatkan di tempat sarana
upakara/ritual. Dalam kondisi sama-sama kerauhan, Putu Putrawan yang penyiar
sebuah radio FM di Kota Amlapura itu kemudian menusukkan keris tersebut ke dada
kiri ayahnya. Saat itulah tragedi terjadi. Keris Putrawa menghujam dan menembus
dada sang ayah hingga mengoyak bagian paru-parunya. Saat Putrawa masih
kesurupan, korban (ayahnya seketika ambruk dengan darah segar yang muncrat dari
lukanya.
Kejadian tidak biasa itu kontan membuat semua orang, termasuk pembimbing
spiritual korban, Ida Bagus Sudiksa, geger. Dibantu pecalang dan sejumlah polisi yang
juga memantau prosesi ritual tersebut, korban kemudian dilarikan ke RS Karangasem.
Namun dalam perjalanan, korban menghembuskan napas terakhirnya.
Dan lucunya tu sesampai di RS semua petugas di RS termasuk para Dokter dan Perawat disana kaget karena tumben baru kali ini ada Rangda masuk RS hahahaha baru kali ini nih ada Rngda masuk RS Karangasem.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar